Ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setyo budya pangekesing dur angkara.

Contoh Penulisan Latar Belakang Karya Tulis Ilmiah

Artikel terkait : Contoh Penulisan Latar Belakang Karya Tulis Ilmiah


A.   Latar Belakang

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi yang secara ekonomis bernilai tinggi. Jenis udang ini banyak diminati baik di tingkat nasional maupun internasional sebagai komoditas ekspor. Nama lain dari udang vannamei adalah Penaeus vannamei, Pacific white shrimp, West coast white shrimp, White leg shrimp, Camaron pati blanco (Spain), Crevette pattes blanches (France), dan lain-lain. Udang vannamei di wilayah Asia disebut udang Hawaii, udang Meksiko atau udang Ekuador, di Indonesia disebut udang vannamei, di Malaysia disebut udang puteh, dan di Thailand disebut Khung Kao.
Menurut Prabowo (2003), bahwa induk udang vannamei yang diintroduksikan ke Indonesia berasal dari Hawaii dan Florida. Upaya pemeliharaan spesies ini dilakukan di Asia adalah karena adanya benur bebas penyakit (Specifict Pathogen Free) yang masuk ke China dan Taiwan awal tahun 1995. Para petambak yang mengalami kerugian pada saat memelihara udang windu mengambil kesempatan untuk membudidayakan jenis vannamei ini. Alasan mereka menggunakan jenis udang ini adalah karena pertumbuhannya cepat, nilai konsumsi pakan atau Food Consumption Rate (FCR) yang rendah, mampu beradaptasi terhadap kisaran salinitas yang tinggi dan dapat dipelihara pada padat tebar yang tinggi. Udang vannamei dapat tumbuh dengan cepat dibanding jenis udang yang lainnya. Waktu pemeliharannya lebih pendek, yakni hanya sekitar 90-100 hari setiap siklusnya.
Udang vannamei masuk ke Indonesia pada tahun 1999. Pada Mei 2002 pemerintah memberi izin kepada dua perusahaan swasta untuk mengimpor induk udang vannamei sebanyak 2.000 ekor. Selain itu juga mengimpor benur sebanyak lima juta ekor dari Hawaii serta 300.000 ekor dari Amerika Latin. Induk dan benur tersebut kemudian dikembangkan oleh hatchey pemula dan sekarang usaha tersebut telah dikomersialkan dan berkembang pesat karena permintaan udang vannamei semakin meningkat (Hilman, 2006). Masuknya udang vannamei ini telah menggairahkan kembali usaha pertambakan Indonesia yang mengalami kegagalan budidaya akibat serangan penyakit bintik putih (white spot). Penyakit bintik putih telah menyerang tambak-tambak udang windu baik yang dikelola secara tradisional maupun intensif meskipun telah menerapkan teknologi tinggi dengan fasilitas yang lengkap. Awal mula pembudidayaan vannamei dilakukan di Jawa Timur dan memperoleh keuntungan yang cukup memuaskan sehingga petambak di luar jawa Timur sangat antusias untuk membudidayakan udang vannamei. Bahkan, hampir 90 % petambak mengganti komoditas udang windu menjadi udang vannamei. Budidaya udang vannamei sudah dilakukan dengan memperoleh hasil yang cukup memuaskan. Setelah melalui serangkaian penelitian dan kajian, akhirnya pemerintah secara resmi melepas udang vannamei sebagai varietas unggul pada 12 Juli 2001 melalui SK Mentri KP. No 41/2001.
Masyarakat Kabupaten Purworejo mulai mengenal udang vannamei sekitar awal tahun 2012. Kabupaten Purworejo yang berbatasan langsung dengan samudera Hindia memiliki garis pantai yang panjang. Garis pantai merupakan lahan potensial bagi budidaya udang vannamei sehingga Purworejo memiliki kesempatan menjadi penghasil udang vannamei dalam jumlah besar. Masyarakat pesisir Purworejo yang mayoritas bekerja sebagai patani dan nelayan mulai melirik usaha budidaya udang vannamei yang keuntungannya lebih besar dari pada rata-rata penghasilan sebagai petani maupun nelayan.
Dari uraian di atas, maka penulis menulis sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN PURWOREJO”.

Artikel Kumpulan Materi SMA Lainnya :

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Kumpulan Materi SMA By Asrofi Mursalin