Resensi Buku Chairul Tanjung si Anak Singkong
Identitas Buku
Pengarang : Tjahja Gunawan Diredja
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara, Jakarta
Terbit : Juni 2012
Harga : Rp35.000,00
Ukuran : 15x23 cm
Tebal : xvi + 384 halaman
ISBN : 978-979-709-650-2
Sinobsis
Buku
“Chairul Tanjung si Anak Singkong” ditulis oleh Tjahja Gunawan Direja yang
merupakan seorang wartawan harian kompas. Buku ini diawali dengan kisah di
tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, waktu itu Chairul Tanjung (CT)
tinggal di gang Abu, Batutulis, keluruhan Kebon Kelapa, kecamatan Gambir, Jakarta
Pusat yang pada tahun 1970-an adalah salah satu di antara lokasi terkumuh di
Jakarta. Keadaan keuangan orang tua CT pada waktu sangat terbatas, tetapi CT
mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orang tua sangat tegas
dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua memiliki prinsip “agar bisa keluar dari jerat
kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya
dan upaya”. Sang bunda yang bernama Halimah sampai-sampai harus
menggadaikan kain halus kepunyaannya untuk biaya kuliah pertama CT di Fakultas
Kedokteran Gigi (FKG) UI.
Saat
kuliah di FKG UI, CT harus mencari uang sendiri agar dapat membiayai keperluan
kuliahnya. Dimulai membuka usaha foto copy yang bermodalkan kepercayaan, lantas
masuk ke bisnis alat-alat kedokteran gigi untuk memenuhi keperluan
rekan-rekannya. Sambil menggerakkan bisnis, CT juga aktif dalam urusan gerakan
kemahasiswaan, terbukti bahwa ia pernah menjadi ketua Ex-officio dewan
mahasiswa UI. Tahun 1984, ia terpilih menjadi koordinator mahasiswa se-Jakarta.
Pada tahun yang sama, ia juga terpilih sebagai mahasiswa teladan tingkat
nasional.
Setelah
lulus dari FKG UI, CT sempat ragu antara menjadi dokter gigi atau meneruskan
jiwa bisnisnya. Akhirnya CT mantap menapaki dunia bisnis. CT sempat membangun
PT Pariarti Shindutama yang memproduksi sepatu anak-anak untuk diekspor. Di
bidang keuangan ia mengambil alih Bank Karman yang kini menjadi Bank Mega. Di
bidang bisnis penyiaran dan multimedia, CT berhasil membesarkan nama Trans tv
dan membeli TV 7 kemudian mengubah namanya menjadi Trans 7. Kemudian membuat
Trans Studio yang berada di Bandung dan Makassar. CT mengembangkan Para Group,
kemudian pada 1 Desember CT mengganti nama perusahaannya menjadi CT Corp.
Secara umum CT Corp terdiri atas tiga perusahaan yaitu Mega Corp, Trans Corp,
dan CT Global Resources. CT juga menunjukkan kepeduliannya di bidang sosial
dengan mendirikan Chairul Tanjung Fundation (CTF) yang menaungi lembaga-lembaga
semisal Rumah Anak Mandiri (RAM) untuk siapapun yang berprestasi yang tidak
mampu melanjutkan sekolah.
CT
juga menyampaikan pandangan-pandangan tentang persoalan ekonomi, menggagas visi
Indonesia 2030 dan menceritakan
aktivitasnya sebagai pengusaha serta lika-liku kehidupannya. Dalam buku ini, CT
mengungkapkan bahwa kunci kesuksesan salah satunya adalah Ibu “bagi
saya ibu adalah segalanya’. CT percaya bahwa surga ada di telapak kaki Ibu
“Bila
kita benar-benar berbakti kepada Ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan
kita gapai di dunia” demikian CT berpendapat.
Kelebihan
buku ini adalah disusun dengan bahasa yang sederhana, bertutur, disertai sikap
rendah hati sehingga dapat dengan mudah dipahami banyak kalangan. Selain itu
kisah yang disajikan merupakan faktual, penuh motivasi, religius, dan jiwa
enterpreuner yang ada pada sosok CT menbuat buku ini lebih menarik untuk
dibaca.
Buku
ini juga memiliki kekurangan diantaranya, kualitas kertas yang rendah sehingga
mudah rusak, serta foto yang disajikan gambarnya kurang jelas.
0 komentar:
Post a Comment